Denpasar (bisnisbali.com) –Jika berbicara Bali, kita akan selalu terbayang pertumbuhan bisnis akomodasi yang begitu masif. Pada 2019 saja ada 2.326 unit kamar akomodasi baru di Bali, namun di balik ketersediaan kamar dan Bali selalu menjadi pulau destinasi wisata terbaik di Dunia, bisnis akomodasi di Bali tak luput dari pasang surut. “Seperti di era bisnis 4.0 penyedia akomodasi seperti hotel dan vila di Bali berlomba menjalin kerja sama dengan agen pemesanan akomodasi online atau Online Travel Agent (OTA). Seolah candu pelaku bisnis akomodasi tak memiliki celah pemasaran dan penjualan akomodasi mereka di online tanpa peran OTA di dalamnya,” jelas co founder Omni Hotelier, Dewa Wahyu di Denpasar, Senin (27/1).
Namun, di balik suksesnya peran OTA dalam membantu bisnis akomodasi tanah air, mereka mematok komisi yang cukup besar kepada hotel dan vila. “Kurang lebih berkisar 18 – 25 persen komisi untuk OTA untuk tiap reservasi yang terjadi di platform mereka. Sayangnya 80% OTA yang beroperasi di Indonesia adalah OTA asal luar negeri seperti China, Thailand, Amerika, India dan lain-lain,” tambahnya.
Di sisi lain pemerintah kita kesulitan mengejar pajak untuk OTA yang mengeruk untung dari bisnisnya di Indonesia. Pasalnya di beberapa OTA uang komisi tersebut sudah terpotong otomatis sejak kamar dipesan secara online, dan hotel hanya menerima hasil bersih uang setelah dipotong oleh OTA.
“Dari fakta di atas kami sadar bahwa kondisi pariwisata di Indonesia khususnya di Bali harus memiliki sebuah revolusi dalam pemasaran dan penjualan akomodasi dan wisata secara online. Salah satu solusi yang Omni Hotelier tawarkan adalah sebuah sistem yang memungkinkan tamu dapat melakukan reservasi online dari website hotel,” ujarnya.
Artinya, Omni Hotelier mendorong terciptanya lebih banyak online direct booking ketimbang hotel terus berharap mendapatkan reservasi dari OTA asing saja. “Hotel tak perlu takut dengan komisi untuk OTA yang besar, dengan Omni booking engine, hotel cukup membayar flat fee mulai dari Rp500.000 per bulan,” ungkap Dewa Wahyu.
Tanpa adanya sistem seperti ini, biasanya hotel melayani pesanan melalui telepon atau email yang sudah sangat ketinggalan zaman karena membuang banyak waktu dalam prosesnya. Untuk mengakomodasi kondisi tersebut CEO Omni Hotelier Dewa Ketut Lipur mendirikan Omni Hotelier bersama Dewa Wahyu dan Anggha Sanjaya pada 2018. Dalam 1 tahun pertama berfokus pada pembangunan sistem reservasi online yang akhirnya rampung pada Juni 2019, dan di 2 bulan pertama sudah berhasil melakukan manajemen reservasi dari 3 hotel dan vila dengan nilai lebih dari Rp200 juta.
Di tahun keduanya Omni Hotelier ingin mempertegas eksistensinya di bisnis e-commerce di Indonesia dengan mengadakan peluncuran produk Omni Hotelier Booking Engine pada 27 Januari 2020 bertempat di Gedung Animasi lantai 1 Balai Diklat Industri Denpasar. Acara ini dihadiri dari pelaku usaha hotel, vila, guest house, hingga property management, dan dihadiri pula oleh Paryono, M.M selaku ketua BDI Denpasar.
Harapan Omni Hotelier tentunya bisa selalu berjalan bersama dengan bisnis hospitality di dunia khususnya di Bali. Karena Bali memiliki jantung ekonomi pariwisata, maka sudah sebaiknya kita putra daerah maju untuk memberikan kontribusi terhadap perkembangan bisnis pariwisata di Bali. *rah
"bali" - Google Berita
January 29, 2020 at 09:33AM
https://ift.tt/2vt9ZqZ
Omni Hotelier Permudah ''Reservasi Online'' Hotel dan Vila di Bali - BisnisBali
"bali" - Google Berita
https://ift.tt/2STuRRQ
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Omni Hotelier Permudah ''Reservasi Online'' Hotel dan Vila di Bali - BisnisBali"
Post a Comment